Rahasia dibalik Peramal Sakti

Terdapat sepotong catatan kecil dari zaman dinasti Qing (清朝 / 1636 - 1912).

Tiga orang pelajar bersama-sama pergi ke kota raja hendak mengikuti ujian Negara. Ketika mereka lewat suatu tempat, terdapat sebuah stand di pinggir jalan dengan merek ‘Peramal Sakti’. Tergerak hati mereka untuk mengetahui hasil ujian nanti.

Ketika mereka bertanya kepada sang peramal, siapa di antara mereka yang bakal lulus atau sebaliknya tidak lulus ? Sang peramal hanya sibuk menghitung dengan jari-jari tangannya, setelah itu hanya menunjukkan satu jari kepada mereka. Tentu saja ke tiganya tidak mengerti maksud sang peramal, salah satu pun menanyakan maksud acungan jari tersebut. Peramal tersenyum penuh rahasia dan hanya menjawab pendek : “Itu rahasia langit yang tidak boleh dibocorkan terlebih dahulu ! Silahkan kembali setelah hasilnya keluar, saya akan memberitahukannya”.

Sepeninggalan ke tiga pelajar, murid sang peramal yang sejak tadi berada di samping bertanya tidak sabar : “Apa maksud guru dengan satu jari ?”. Sang guru menjawab : “Itulah jurus sakti yang harus kau pelajari !”. “Satu jari tanpa penjelasan lebih lanjut bisa berarti salah satu lulus, atau salah satu tidak lulus, bahkan jika ketiganya lulus maupun tidak lulus juga bisa dijelaskan dengan baik. Dengan demikian, apapun hasilnya pasti akan klop”. Rupanya itulah rahasia di balik papan nama ‘Peramal Sakti’.

Ketika pengumuman, ternyata ke tiga pelajar tadi semuanya lulus dengan baik. Merekapun kembali kepada peramal sakti yang juga sudah memantau hasil pengumuman. Jawabannya tentu saja semuanya lulus. Ke tiganya memberikan hadiah besar untuk sang peramal yang menurut mereka memang betul-betul sakti. Penipu seperti peramal sakti dari jaman ke jaman sangat banyak. Mereka meminjam nama metafisika Tiongkok untuk keuntungan peribadi, membuat metafisika Tiongkok semakin terpojok, bahkan ditakuti.